Rabu, 20 Februari 2013

Einstein Diare



Einstein adalah ilmuwan radikal, genius tiada tanding yang meruntuhkan teori Newton, raksasa ilmu penegetahuan moderen. Tanpa temuan Einstein kita tidak hidup dalam dunia digital teknologis seperi sekarang ini.



Karya-karya Einstein bukan saja membuat fisika berubah secara signifikan, juga mengakibatkan pemahaman tentang semesta berubah sama sekali. Terutama terkait konsep ruang dan waktu. Ruang dan waktu tidak lagi difahami secara linier dan terpisah. Ruang dan waktu ternyata saling merasuki dan tak terpisahkan.



Einstein adalah tokoh utama dalam perdebatan teori terjadinya alam semesta. Menariknya, selogis apa pun teori munculnya alam semesta yang menolak kehadiran Sang Pencipta, pasti ditolak Einstein. Ia menjadi pelopor utama dalam perlawanan terhadap saintisme. Saintisme adalah faham yang meyakini bahwa hanya sains atau ilmu sebagai satu-satunya sumber kebenaran yang kemudian melahirkan aliran saintologi, semacam agama.



Perlawanan Einstein terhadap saintisme terbilang sangat heroik karena pandangan itu sedang sangat dominan dan memiliki pendukung yang amat banyak. Einstein berkeyakinan ilmu tidak dapat berkembang atas kemauan dan aturannya sendiri. Karena itu ia berucap, ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh.



Artinya ilmu harus dipandu untuk tujuan-tujuan yang benar dan mulia, karena ilmu memang tidak memiliki kemampuan untuk menetapkan tujuan. Ilmu, kata filsuf kontemporer Jurgen Habermas, memiliki kepentingan-kepentingan teknis dan terbatas. Ilmu hanya memiliki kecanggihan teknis dan prosedural.



Rasanya tidak salah jika Einstein disebut genius terbesar dalam sejarah ilmu. Tokoh yang merevolusi ilmu penegetahuan moderen. Saintis besar yang melawan saintisme, yang menyadarkan banyak orang bahwa ilmu memiliki keterbatasan.



Itu artinya Einstein adalah tokoh luar biasa dengan kegeniusan gemilang.



Tetapi apa yang dapat dilakukan Einstein bila diserang diare? Ia butuh kehadiran orang lain untuk membantunya. Orang lain itu bisa seorang dokter atau pembuat obat diare.


Sehebat apa pun manusia, termasuk Einstein, ia butuh kehadiran orang lain. Seperti kehadiran Hawa bagi Adam. Jadi, merupakan fakta tak terbantahkan bahwa: KEBERADAAN DAN KEHADIRAN MANUSIA, SELALU BERMAKNA KEHADIRAN BERSAMA! Konsekuensinya, orang lain itu setara dan sepenting aku.
DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd (penulis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar