Sabtu, 23 Februari 2013

Sejarah Wayang

           Wayang adalah salah satu seni budaya yang ada di Indonesia, budaya ini sering di sebut budaya yang paling popular di kalangan masyarakat. Kesenian ini terus berkembang dari masa ke masa, Wayang juga sering disebut sebagai media dakwah, pemahaman filsafat dan bahkan tentang sosial dalam masyarakat.
            Ada dua pendapat mengenai asal - usul wayang. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.
            Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.
            Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India.
            Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pe­wayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indo­nesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur­nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga In­dia, Walmiki.
            Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160).
             Lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Wayang terbagi atas dua jenis
 Yaitu wayang kulit dan wayang golek. Perbedaan wayang kulit dan wayang golek. Wayang kulit berasal dari jawa timur sedangkan wayang golek berasal dari jawa barat perbedaan nya juga terdapat pada bahan yang di gunakan untuk pembuaatan nya.
            Dan perbedaan dari golek wayang boneka dari wayang kulit dan wayang karucil atau klitik adalah bahwa itu adalah tiga dimensi. Ini tidak terlihat datar dan juga sama disusun untuk boneka kita lihat sekarang. Dalang, yang juga disebut sebagai “dalang”, menarik tali dan bergerak batang terhubung ke sendi boneka ‘di belakang layar kain mana lampu menerangi cahaya oranye kuning untuk itu.

Kelahiran Wayang
            Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis­toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987.
            Kata ‘wayang’ diduga berasal dari kata ‘wewa­yangan’, yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga masih belum ada.

 Nilai-nilai Pendidikan yang terkandung Dalam Budaya Wayang

          Lewat pertunjukkan wayang melalui tokoh serta ceritanya mempunyai peran dalam pembinaan dan pendidikan untuk membangun karakter bangsa.Karena wayang menjadi salah satu kekayaan tradisi bangsa Indonesia,sudah seharusnya dilestarikan dan dimanfaatkan dalam pembentukan budaya bangsa yang akan jadi potret orang Indonesia sampai kapanpun.
            Nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam pewayangan selalu mengajak masyarakat untuk berbuat baik dan menhindari kejahatan,serta menanamkan kepada masyarakat semangat "amar ma'ruf nahi mungkar" atau istilah dalam pewayangan "memayu hayuning bebrayan agung",sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing.
            Dalam kisah pewayangan ini yang patut diteladani adalah peran tokoh Sri Rama dan Arjuna yang memilki sifat selalu mengedepankan kebenaran dan keadilan,dalam penampilanya rapi,penuh dengan senyum,tutur bahasanya halus,tingkah lakunya terukur dan tampak tidak berminat membuat orang susah terhadap siapapun.
            Peran kepemimpinan tokoh Abiasa yang juga patut diteladani,karena paada waktu ia menjadi penguasa di negeri Astina selalu mencintai dan memberi perhatian kepada rakyatnya,memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten,memiliki visioner dan integritas yang tinggi,sehingga ia dicintai dan dipercaya oleh pengikutnya.         

Dalang
          Dalang dalam dunia pewayangan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai keahlian khusus memainkan boneka wayang (ndalang). Keahlian ini biasanya diperoleh dari bakat turun - temurun dari leluhurnya. Seorang anak dalang akan bisa mendalang tanpa belajar secara formal. Ia akan mengikuti ayahnya selagi mendalang dengan membawakan peralatan, menata panggung, mengatur wayang (nyimping), menjadi pengrawit, atau duduk di belakang ayahnya untuk membantu mempersiapkan wayang yang akan dimainkan.

Contoh pertunjukan wayang :

 Sebagai contoh, yakni:
            Ketika presiden Soeharto berkuasa, nilai-nilai Pancasila disebarluaskandalam berbagai media pendidikan, baik formal, informal, dan non formal.            Wayang dan macapat juga merupakan media seni tradisi yang memilikifungsi untuk menyebarluaskan nilai-nilai Pancasila itu. Bagaimana presidenSoeharto memasyarakatkan nilai-nilai Pancasila melalui wayang? Lahirnyalakon wayang yang berjudul Semar mBabar Jatidiri (Jawa)/ Sang HyangWiragajati (Sunda) merupakan wujud dari sebuah kepentingan ideologi- politik yang tertuang di dalam wayang

Beberapa pendapat para ahli tentang wayang :
1.      Prof. Danys Lombard yang dalam bukunya “Nusa Jawa – Silang Budaya” yang menyadari betul pengaruh wayang purwo/kulit – juga tulisan klasik Jawa lainnya seperti Babad Tanah Jawi, Serat Centini, dll. Di masa yang lalu wayang kulit dipergunakan oleh masyarakat Jawa untuk keperluan ritual seperti upacara ruwatan. (Note: Ruwatan adalah upacara yang diadakan untuk menolak bala – sial – yang dikarenakan secara alami seseorang dilahirkan dengan kondisi membawa ke arah malapetaka – atau yang dipercaya akan membawa malapetaka – umpamanya: anak tunggal, anak kembar, anak lelaki yang diapit oleh dua anak dan sebagainya).
2.      J.B Mangun Wijaya mengungkapkan wayang seperti kehidupan manusia pada umumnya dan menggunakan untuk  alur,aspek pertunjukan wayang dan tokoh-tokoh pewayangan dalam novelnya.
3.      Ir. Sri mulyono menyatakan bahwa wayang telah ada pada zaman neolhitikum, yakni pada abad 1500 sebelum masehi.
4.      Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987 memperkirakan wayang ada sejak abad sebelum masehi dan sudah ada pada zaman kerajaan yang digunakan sebagai hiburan untuk raja.
5.       Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun 1960 mengungkapkan bahwa wayang dapat digunakan sebagai persebaran agama dan dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkanWayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.




DAFTAR PUSTAKA

Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987.
Dechan,Irfan Winoto. 2008. Parodius. http://www.fsrd.itb.ac.id [19 Maret 2009]
Rahman,Aris. 2008. http://www.madina-sk.com. [19 Maret 2009]
Sudarjanto. 2008. Ajaran Moral Dalam Wayang. http://sudarjanto.multiply.com [19 Maret 2009]
wayang.wordpress.com/ (06 November 2011, 8:38)
Michigan: Wiratama Prasetya Sakti
http://www.google.com



Kesimpulan :
Wayang adalah warisan budaya yang sudah ada pada zaman dahulu atau sudah ada pada zaman kerajaan dan wayang adalah sebagai budaya Indonesia yang berasal dari jawa timur dan berkaitan dengan system religi atau kepercayaan, dan terdapat nilai moral dari leluhurnya.

Analisis :
Pertama kali wayang di terima dimasyarakat sebagai seni hiburan dalam acara-acara resmi, masyarakat bisa menerima seni ini karena mengandung unsur-unsur budaya dan system religi. Tetapi masih ada masyarakat yang bertanya apakah wayang itu hanya boneka yang terbuat dari kulit atau ada unsur roh-roh di dalam wayang, wayang di mainkan oleh seorang dalang yaitu orang yang ahli memainkan seni wayang ini. Seorang dalang biasa nya mendapatkan keahlian dari turun temurun.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar